Jumat, 17 Januari 2014

Sajak-Sajak Karya Sahabat Rumah Puisi di Group WA #KopdarPuisi






Berikut Sajak-Sajak Karya Sahabat Di Group WA #KopdarPuisi - Rumah Puisi

#SelsaSajak Edisi  7 Januari 2014.





Stasiun ini ramai..
Beberapa orang terlihat lelah, lusuh, menanti kedatangan kereta
Kusaksikan orang-orang di peron dengan kesibukannya

Satu di antara ratusan orang di dalam gerbong yang kunanti hadirnya.
Kang Mas.. seperti apa wajahmu?
Gemuk, kurus, bahkan aku lupa warna kulitmu.
Berapa lama kamu pergi?

Tolong, jika kereta ini berhenti jangan bawa lagi Kang Mas ku.
Setelah ini, tak kan kubiarkan waktu merampas kebersamaan kita.

-- Ridawa S. #SelasaSajak



Pagi ini,       
Remuk tulang terasa di sekujur badan
Memar di setiap inci kulit makin membiru
Bekas tapak tangan Ayah masih jelas perihnya
Dan, cacian kata sumbang masih mengena jelas di kedalaman jiwa

Aku, anaknya
Tak lebih hanya seongok daging di matanya
Dan dia, sosok setan yang menjelma dalam wujud wanita
Yang kini harus kupanggil Ibu
Tertawa tanpa malu di setiap pukul yang melayang ke arahku

Jiwaku merana
Batinku meronta
Raga yang telah kukuatkan mulai melemah
Apakah harus kuakhiri saja?
Dengan menggantungkan tubuh ini pada seutas tali
Atau, mungkin dengan memotong jalur nadi di pergelangan kiri

--IyasCoveRy #SelasaSajak



 


Ibu
Hadirmu, udara dalam rongga dadaku
Rumah tempatku pulang dan berteduh dari panas dan hujan
Jalan lurus tempat ku melangkah menuju segala yang indah
Hadirmu ialah cahaya yang selalu menerangi gulita
Ibu
Tanganmu lembut merajuk dalam bayangku
Matamu ; panorama indah berbias semu
Kata-katamu Ibu, tetaplah merdu, syahdu dalam kalbu
Kasih sayangmu, berdiri teguh dalam nuraniku
Senyummu mampu tepiskan lara hati yang kerap kali menyerangku
Dalam pelukmu Ibu , riak -riak sepi mulai menepi
Gigil ditubuhku perlahan musnah bersama sunyi
Dalam pelukmu , airmataku tumpah
Ceracauan- ceracauan kecil pun melimpah, membanjiri dadamu
Tapi kau tahu , satu kalimat yang mampu membuatku lupa akan gundah itu
” Ibu mencintaimu “
Dan itu cukup hadirkan senyum di bibirku
Disudut bumi, seorang anak bermunajat
Semoga di usia senjamu, anak ini mampu menjaga dan merawatmu seperti apa yang Ibu lakukan dulu
Aku
Ini bukanlah emas ataupun permata
Ini juga bukanlah sebuah balas jasa
Ini hanyalah serangkaian aksara seorang anak yang bangga dan bahagia memiliki ibunya
Ibu, aku bahagia terlahir dari rahimmu
Untuk Ibu..

--Preci. #SelasaSajak



Selamat pagi, Ayah.
Lagi-lagi kau berpulas senyum
Meski tahulah aku,
Tiada lelap tidurmu semalam.

Selamat pagi, Ibu.
Apa menu sarapan hari ini?
Sepiring nasi goreng hangat dan kopi
Serta semangkuk cinta darimu

Selamat pagi, Ayah.
Tiada ada yang membeda,
pun pagi ini.
Bergegas kau mencari nafkah.

Selamat pagi, Ibu.
Hendaknya kau tahu
Tiadalah sia segala panjat doamu
Dalam sunyi sepertiga malam.

Sebab segala bahagia,
Segenap bangga,
Selaksa bakti
Dan berjuta kasih

Layaklah Ananda persembah hanya teruntuk kalian.


--Nadia Karima. #SelasaSajak



Realita anak jalanan.
Hidupnya dipacu pengorbanan, bersimpuh di lika-liku kekerasan.
Digenggam nasibnya tanpa sesalan, tertawa usang bak nada sumbang.
lalu-lalang tiada takut ditampar zaman.

Nona dan tuan datang bertandang.
"Di balas senyum kebohongan"
memberikan secercah uang, mereka bersenang.
Jentera hati semakin kesakitan.
Tak pernah letih hidup di jalanan.
Perjuangan hidup memang menantang.

Walau raganya melirih derita, tidur di reot
yang porak-poranda.
Akupun tergoda, bahkan ada yang terkesima.
Roda nasib memang berputar, namun tak pernah berpihak.
Memang sudah takdirnya Tuhan, untuk hidup yang sementara.

--Rizki Syahrul. #SelasaSajak



Untukmu yang pernah direkam mata
Untukmu yang abadi dalam batok kepala
Teruslah berkelana
Cari apa-apa yang kau sebut dunia

Ikutilah suara hatimu
Temukan jalan hidupmu
Dan biarkan langkah-langkah kecilmu
Mencipta jejak
Meninggalkan satu cerita
Yang mungkin tak nampak

Aku di sini terus berdoa
Aku di sini akan berusaha
Untuk kebahagiaan kita semua
Kelak

Aku Bangga Pernah Mengenalmu.

--Wahyu Wibowo. #SelasaSajak



"Om, lapar Om..."
Kata itu mengalir deras dari mulut-mulut kecil
Mengetuk sebuah kaca mobil, lagi dan lagi
Masih dengan kalimat yang sama
"Om, lapar Om..."

Si pemilik mobil mengeluarkan receh
Jika dia beruntung, mungkin lembaran rupiah bergambar pattimura akan disodorkan kepada mereka

Seharian penuh
Dari fajar mulai menampakkan wujudnya
Sampai hari menua
Mereka masih saja dengan tingkah yang sama
Mengetuk sebuah kaca mobil, lagi dan lagi
Masih dengan kalimat yang sama
"Om, lapar Om..."

--IyasCoveRy #SelasaSajak




Wanitaku...

Kau wanitaku, ah khayalanku tinggi kebulan.
Parasmu selalu terbayang, bara cinta semakin membara.
Membayangkanmu adalah ketenangan hidup.
Mencintaimu hanya sebatas pengharapan yang sirna.
Namun hati dan jiwa raga tak akan pupus di telan usia.

Kau wanitaku...
Lesung pipimu
Rona wajahmu
Lekung bibirmu
Ingin sesekali kuremas dengan hasrat yang menggelora.
Jiwaku lupa bahaya, hatiku tak ingat dosa.
Sungguh kau yang kutaksir nona, namun cintamu menyayat hati.
Tiada kupungkiri, tiada lelah berhenti.

Akhirnya semua kembali kesemula
Kau pergi dengan senyum belaka
Aku menanti menangis tersedu
Khayalanku memilikimu memang besar, sebesar bola matahari
Ah, ilusiku membahana
Otakku semakin afasia
Di buat derita dengan mengayomi cinta

Cintaku tulus tanpa belas kasihan, dari hati yang terdalam.
Nurani berbicara kejujuran
Aku bahagia!
Walau hanya mencintaimu yang sementara, tanpa pamrih meminta kembali untuk di cinta.

--Rizky Syahrul. #SelasaSajak



Aku tak mengerti sebagai bagian ibu pertiwi
Katanya bangsaku besar
Katanya bangsaku kaya raya
Lalu.. mengapa banyak yang melarat?
Nasi akin itu apa? Nasi basi yang kembali akan di kunyah??

Terima kasih bapak negeri
Hari ini aku tergores, kelak bekasnya sulit hilang dari ingatan
Ketika aku jatuh dari kerumunan si miskin, mengambil hadiah dari subsidi negara tercinta
Begitu hina kami di negeri sendiri

Aku bingung, karena aku bukan orang pintar
Aku tak mengerti yang dibicarakan orang besar
Mereka menyebut milyaran
Sementara aku hanya punya ribuan

Berita televisi lagi-lagi korupsi
Aku bosan, karena itu berita basi
Kapan berita nasi pulen ada ditelevisi?
Melihat gambar perut terasa terisi
Hanya itu isi kepala, lagi-lagi soal perut.

Andai Tuhan tau begitu banyak kezaliman
Andai Tuhan tau begitu banyak keserakahan
Andai Tuhan tau begitu banyak sandiwara
Andai Tuhan tau aku lapar dan belum makan!!

--Ridawa S. #SelasaSajak



Ialah ketulusan yang tak pernah mengungkit yang tidak pula menuntut.
Warnanya begitu jernih yang tiada pernah jadikan sakit yang tak pula dibayang dibayangi perasaan takut.
Dan sampai sampai saat ini perempuan Gaza merelakan pundaknya sebagai tempat dudukan peluncuran peluru.
Dan sampai saat ini seorang ibu menahan tangisnya memakaikan anaknya rompi berbalut bom waktu. Langitpun enggan berfikir memintakan upah atas turunnya hujan diatas keringnya dunia.
Sebab tak ada arti suatu pamrih bila masih tertanam ikhlas hati di tubuh manusia.
Sudah pukul empat belas lewat ditempatku berada.

Bahkan bumi tetap bersabar mengantri cahaya matahari dalam pembagian jatahnya .
Sehingga seorang wanita ikut tergerak memulaikan langkahnya atas nama tulusnya jiwa

Sekalipun tak pernah kata-katanya menyinggung, memaksamu berkeharusan untuk juga menyayanginya
Tanpa harus pula dia tunjukkan perasaannya sebagai satu bukti ataupun suatu simpati.
Karena tulus itu benarlah jernih, meski kerinduan tetap dibawa hingga dirinya mati.
Aku.

--Preci. #SelasaSajak



"Seorang Ibu di tahan karena melakukan penganiayaan kepada anaknya"
Aku tak tahu sudah berapa kali berita itu muncul akhir-akhir ini
Dunia sudah makin gila nampaknya

Anak yang ia kandung kemudian di bunuh
Anak yang dulu diharapkan kelahirannya kemudian di nikmati tubuhnya
Anak yang dulu di timang kemudian di jual untuk bayar hutang keluarga

Dunia
Ya, selamat datang ke dunia yang makin buta akan arti kewarasan
Selamat bergabung bersama mereka orang-orang yang telah hilang akal

--IyasCoverRy.  #SelasaSajak



Lima tahun lamanya
Aku bergelut dengan mereka
Menyatu bersama mereka
Mereka, ya mereka!
Mereka yang kusebut dengan angan semata

Harapan ini hidup,
Api semangat ini membara karenanya
Membakar, membumihanguskan semua kemustahilan

Termasuk dirimu; bintang

--Wahyu Wibowo. #SelasaSajak



Orde baru!
pemerintahan soeharto, kala itu
Para demonstran kumpul bersatu
Di sambut senapan yang meluncur deras ke dada para demonstran
Air mata darah tumpah ruah
Kalaulah ini pengorbanan
Melibatkan segelintir banyak orang nyawapun melayang

Kebijakan yang tak berperikemanusian
Membuat banyak rakyat haus keadilan
Pahlawan, dan aktivis rela berkorban
Perhelatan senapan tak akan bisa dihentikan

Bersatu teguh, terus melawan!
Mengais kebenaran dan keadilan
Senantiasa damai tercipta dari Negeri yang-- porak-porandakan

--Rizky Syahrul #SelasaSajak



Ingat? Tepian kolam pernah memandangi kita dalam hening
Malam itu langit tampak merenung
Bahkan bintang yang sekecil-kecilnya pun enggan menjenguk
Katamu tak apa, selama aroma tubuhku masih mampu kau hirup, kau mampu membuat langit penuh bintangmu sendiri dalam anganmu
Apa yang mampu ku lakukan selain tersipu?
Seandainya ku tahu bahwa malam itu akan merenggutmu dari ku untuk waktu yang teramat panjang, tak kan kubiarkan tubuhku melepasmu pergi

Kau tunjuk langit itu, saat itu aku tak mampu melihat apapun selain pekat hitam yang mengarak mega kelabu beriring pergi

Kau bilang itu kamu, bintang yg tak terlihat itu
Kau bilang itu kamu, saat ragamu tak lagi mampu menghadirkan hangat untuk rinduku yang kedinginan
Kau bilang itu kamu, tak terlihat memang, namun mampu mengawasiku dalam setiap langkah pergerakanku

Masih kuingat dengan jelas seberapa kamu meyakinkanku, bahwa kita adalah satu

Sebelum semua berakhir kala degub jantung itu tak lagi singgah dalam dadamu
Sebelum semua menjadi berlalu pergi kala lenganmu tak lagi mampu menyambut rinduku
Sebelum semua menjadi akhir kala nafasmu tak kan lagi pernah menderu
Kita satu? Tidak. Aku yang satu. Sendiri

Pelataran itu, beronggok gundukan rumput yang sekarang menjadi temanmu

Pernah kah kau tau? Bahwa akan selamanya rasaku kau bawa pergi bersama perpisahan yang tak pernah kita inginkan
Segala arahku hilang saat runtuhan tanah mulai memisahkan tubuhmu dari ku
Tak kau tau kan? Sebab aku, tak lagi memiliki kesempatan untuk mengatakannya
Teruntuk Aditya Irhas Saputra, perlu kau tau, aku percaya, bahwa perpisahan, tak pernah abadi
Bahwa kebahagiaanku, memang kamu, namun, tak hanya tentangmu
Percayalah, bahwa aku, mampu bahagia.

--Kumala Gayatri #SelasaSajak



Disebuah kotak aku masih menyimpan sejumlah cerita tentang sebuah perjanjian yang batal sepihak

Dikala waktu memberi jeda kau bakar rasa percaya
Hai nona, cantikmu luar biasa memang
Dustamu pun tak kalah hebatnya
Kopi ini telah kupisah dari ampasnya
Pahit kusingkirkan
Manisnya kunikmati

Sepahit kenangan yang masih mengusik
Semanis harapan yang menyuguhkan keyakinan

Deru langkah waktu semakin melelahkan
Aku tak ingin pulang pada yang membatalkan perjanjian
Aku ingin datang padamu yang menawarkan harapan

Bantu aku, sekali lagi percaya.
Yakinkan hatiku, sekali lagi
Bahwa aku memang yakin.

--MinVan #SelasaSajak



Pernah sebuah cerita mengisahkan harapan
Bahwa bukan hanya kepada segala perjanjian aku menanti
Bahwa bukan hanya kepada segala harapan aku akan menunggu
Melainkan tentangmu, tentang namamu yang tak pernah lalai untuk ku sebut dalam perjanjianku dengan Tuhan
Sesederhana itu
Sesederhana karena kamu, sebabku menanti

Pernah aku berjanji untuk selalu menanti, cukup kau tau. Itu saja.

Pernah aku berjanji, akan banyak harapku yang akan menyambutmu nanti
Tentang perdebatan yang kadang justru menghadirkan rindu
Tentang keraguanmu yang akan selalu aku yakinkan

Pernah aku berjanji kala itu, akan ku katakan sekali lagi apa yang pernah kau pinta

Untuk itu, cepatlah kembali.

--Kumala Gayatri. #SelasaSajak




Seperti mimpi, aku ingin bisa hapuskan nyeri
Seperti senja, aku ingin membunuh luka, duka-duka dan lara yang berjelaga
Seperti apa Tuan?
Seperti saat kau hadirkan cinta
Luka-luka itu tumbuh, luruh
Beranak  pinak menjadi banyak, beriak
Berkelompok, bergumul bak tembok

Mereka perlahan membunuhku, sebab sesungguhnya cintamu
ialah kematianku

--Preci . #SelasaSajak




Udara luar masih panas
Menyengat kulit para penjaja makanan di tepi jalan
Mereka bukan peminta-minta
Mereka bukan pemain sandiwara yang merubah tubuh mereka untuk recehan
Mereka hanya segerombolan orang yang mengharapkan iba darimu
Untuk sekedar membeli sepotong kue atau sebotol minuman

Keringat sebagai saksi usaha mereka
Bahwa mereka tak pernah menyerah akan takdir hidup
Bahwa mereka masih punya semangat yang senantiasa tumbuh di tengah tandusnya dunia

Hanya recehan
Tak lebih
Kalaupun kalian tidak haus
Kalian bisa menyimpannya untuk sementara waktu

Hanya recehan
Tak lebih
Kalaupun kalian tidak lapar
Kalian bisa menyimpannya sebagai bekal pulang

Hanya recehan
Tak lebih

--IyasCoveRy. #SelasaSajak




Ku suap suapan terakhir nasi bungkusku
"Dia malu memiliki adik sepertiku."

Berbeda, berkali ku dengar sanggahan sinis kala mata-mata itu menatapku penuh jejap
Lagi, segala lara yang pernah menghujam jantung kembali ku telan sendiri
Sembari menghangatkan diri, sebab dingin kala ini mulai menusuk tulang rusukku
Ku hitung berkas hujan yang masih tersisa
Baru kali ini petrichor menjadi pembuncah alienasi selain caci maki yang pernah menghampiri

Aku tak sama, tak ku sanggah memang
Barangkali rasa malu yang mereka miliki ialah sebab keterasingan yang tak pernah letih menyambangiku
Ku tatap setiap inci bagian tubuhku, tak ada yg berbeda
Namun caraku melihat dunia tak seperti pandangan mereka
Aku mengerti aku tak sama, bukan inginku, sungguh
Segala laku yang berlebih, bukan tanpa kendali, namun itu memang aku
Segala tutur kata yang tak beratur, bukan karena sengaja ku lakukan, namun seperti itulah aku

"Kamu gak mau pulang?"
Baru ku sadari aku tak seorang diri
"Tidak, tidak mau, dia malu memiliki adik sepertiku."

--Kumala Gayatri. #SelasaSajak

 


Malam dengan ruang kosong namun seperti sesak berjejal tanya.
Dan masa sebagai pengintai tiap proses walau seakan pelit berikan jawabnya

Kemunculan suatu hal acap kali timbulkan rasa takut bilamana berakhir seperti yang menghantui jiwa
Padahal seringkali tak menolong atau mencegah justru ketakutannya benar datang terjadi.
Lalu adakah nama siang andai tiada pernah dicipta sebuah matahari?
Mungkin syarat penyelesaian ialah sebab adanya pelaku dan korban dengan apa yang dipermasalahkan

Terbayangkah seorang manusia seakan berjalan dipaksa waktu hanya untuk dipertemukan kepedihananya?
Atau dia diharuskan sejauhnya berlari agar semakin berjauhan pula orang-orang kesayangannya.
Bahwa mudah untuk salahkan suatu keluhan apalagi bila tiada tahu tentang bagaimana sesungguhnya rasa sakitnya.

Mungkin rintihnya berbeda dengan rintihmu hingga kekuatanmu belum cukup mampu menjangkaunya
Banyak bentuk-bentuk relative sehingga benar dapat saja berubah salah dalam situasi tertentu.
Bahkan apa yang dirasa salah bisa saja berubah benar ketika dalam suatu waktu.
Serta hijaunya rumput dan benarkah sejati warnanya memanglah hijau?
Tapi bagaimana bila yang terlihat hanyalah efek bias gelombang maya dibantu cahaya?

Dimana dari gelombang itu kemudian ditangkap retina hingga hasilkan seolah berbentuk warna-warna.
Dan demi malam dimana tak juga kutahu kenapa harus terdapat keadaan kelam.
Namun ruang kosong penuh tanya itu adalah hati akibat kesedihan yang teramat dalam.
Mungkin saja begitu, aku.

--Preci. #SelasaSajak



"Iyas" panggil dosenku
Di tengah hening kelas
Refleksku tergerak untuk menjawab
Tapi, satu suara telah terlebih dahulu menjawabnya

Itu bukan suaraku
Tapi, suara hangat seorang pria berkulit putih
Seorang pria berambut ikal
Seorang pria berkemeja hitam
Seorang pria yang, ah sudahlah

--IyasCoveRy. #SelasaSajak



Ketika dua pasang mata tak mampu bertatap, ketika dua tangan tak mampu menggenggam, maka hanya dua tengadah tangan yang saling mendoakan yang akan menjadi jembatan pertemuan. Aku, kamu, tak pernah kehabisan akal untuk melumpuhkan jarak yang membentang.
 
--Diah Rizky. #SelasaSajak



Rumah Puisi



@ID_Puisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar